Self Disclosure Theory

  1. 1.  Latar Belakang Teori

1.1  Riwayat Penemu

  Sidney Marshall Jourard (1926 – 1974) adalah ahli  dalam bidang  Psikologi Humanistik, dan pelopor di bidang pengungkapan diri dan kesadaran tubuh. Sidney lahir di Kanada dan memperoleh pendidikan nya di University of Toronto, di mana ia mengambil gelar MA pada tahun 1948. Ia melanjutkan studinya di Universitas Buffalo (sekarang Universitas Negeri New York di Buffalo), dan memperoleh gelar Ph.D. dalam psikologi klinis pada tahun 1953. Dr Jourard mengajar di Emory University dan di University of Alabama Medical College sebelum bergabung dengan Universitas Florida pada tahun 1958, di mana ia berpangkat Profesor sampai kematiannya pada tahun 1974. Ia terlibat dalam praktek pribadi psikoterapi individual untuk dua puluh lima tahun, dan selama sepuluh tahun terakhir hidupnya dilakukan kelompok pertemuan, seminar pengalaman, dan loka karya untuk Esalen Institute, Kairos, Oasis, Pusat Manusia, dan pusat-pusat pengembangan lainnya tentang Amerika Serikat, Kanada dan Eropa. Dia adalah mantan presiden Asosiasi Psikologi Humanistik dan penulis Penyesuaian Pribadi (1958-1963) Diri Transparan (1964-1971), Mengungkapkan manusia untuk diriNya (1968); Self-Disclosure (1971), dan Kepribadian Sehat (1974).

Sid banyak menghabiskan waktunya dalam bidang penelitian. Dia tertarik dengan perilaku manusia dari usia dini, membuatnya menjadi semacam psikolog “alami” baik sebelum ia menerima kuliah formal dan instruksi pascasarjana.Ia merupakan seorang intelektual yang memiliki ide-ide brilian.
Tiga puluh enam tahun setelah kematiannya, karya Sid dapat banyak ditemui di Web. Karyanya dikutip dalam berbagai situs web, baik dalam bentuk E-Book dan dalam bentuk kutipan langsung dari writings. Sid yang memang memiliki keinginan untuk meninggalkan tanda abadi di dunia, dan yang secara luas dikenal dan dikenang selama masa hidupnya sebagai penulis, psikoterapis, dosen dan profesor. Setelah kematiannya, surat-surat pribadi dan buku disumbangkan ke Universitas Georgia Barat perpustakaan di Carrolton, GA. (Http; www.sidneyjourard.com;sunday,1.30PM9th October 2011)

Sandra Petronio adalah Profesor di Departemen Ilmu Komunikasi di Indiana University-Purdue University, Indianapolis dan Fakultas Inti di Indiana University Pusat Bioetika di Sekolah Kedokteran. Dia juga merupakan Dosen di fakultas ilmu Komunikasi di Sekolah IU Keperawatan

dan Sekolah IU Informatika.

Berasal dari New York, Profesor Petronio menyelesaikan B.A dalam ilmu sosial interdisipliner dari Universitas Negeri New York di Stony Brook. Dia menerima MA dalam psikologi sosial dan Ph.D. dalam komunikasi dari Universitas Michigan, Ann Arbor, Mich. Dia  menjadi anggota fakultas di Departemen Komunikasi Pidato di University of Minnesota. Selama 14 tahun, ia adalah seorang anggota fakultas di Arizona State University di Sekolah Hugh Downs Komunikasi Manusia sebelum pergi ke Departemen Komunikasi dan Sekolah Kedokteran di Wayne State University, Detroit, Mich pada tahun 2000. Di Arizona State University, Profesor Petronio adalah direktur Ph.D. Interdisipliner program komunikasi dan di Wayne State University, ia menjabat sebagai direktur Area Pidato Komunikasi di Departemen Komunikasi. (http: //informatics.iupui.edu/people/sandra-petronio/,Sunday,9th October 2011,2.00PM)

1.2  Asumsi Dasar

Self disclosure theory atau juga yang bisa disebut teori pengembangan diri adalah proses sharing atau berbagi informasi dengan orang lain. Informasinya menyangkut pengalaman pribadi, perasaan, rencana masa depan, impian, dan lain-lain. Dalam melakukan proses self-disclosure atau penyingkapan diri seseorang haruslah memahami waktu, tempat, dan tingkat keakraban. Kunci dari suksesnya self-disclosure atau penyingkapan diri itu sendiri adalah kepercayaan.
Self-disclosure atau penyingkapan diri selalu merupakan tindakan interpersonal.
• Merupakan sebuah proses berbagi informasi dengan orang lain, informasinya menyangkut masalah pribadi.

•Bergantung pada kepercayaan.
Self-disclosure atau penyingkapan diri sangat esensial atau mendasar  dalam proses terapi kelompok. (http: //egaaliffian.blogspot.com/,Sunday3.00pm,9th october 2011)

  1. 2.      Isi Teori

Self disclosure atau penyingkapan diri merupakan sebuah proses membeberkan informasi tentang diri sendiri kepada orang lain. Penyingkapan diri merupakan suatu usaha untuk membiarkan keontentikan memasuki hubungan sosial kita, dan hal ini berkaitan dengan kesehatan mental dan pengembangan konsep diri.
Salah satu model inovatif untuk memahami tingkat-tingkat kesadaran dan penyingkapan diri dalam komunikasi adalah Jendela Johari (Johari Window). “Johari” berasal dari nama depan dua orang psikolog yang mengembangkan konsep ini, Joseph Luft dan Harry Ingham. Model ini menawarkan suatu cara melihat kesalingbergantungan hubungan interpersona dengan hubungan antarpersona. Model ini menggambarkan seseorang kedalam bentuk suatu jendela yang mempunyai empat kaca.

Dalam hal penyingkapan diri ini, hal yang paling mendasar adalah kepercayaan. Biasanya seseorang akan mulai terbuka pada orang yang sudah lama dikenalnya. Selain itu menyangkut kepercayaan beberapa ahli psikologi percaya bahwa perasaan percaya terhadap orang lain yang mendasar pada seseorang ditentukan oleh pengalaman selama tahun-tahun pertama hidupnya. Bila seseorang telah menyingkapkan sesuatu tentang dirinya pada orang lain, ia cenderung memunculkan tingkat keterbukaan balasan pada orang yang kedua.

Berikut ini adalah kelebihan dan kekurangan teori self disclosure:

Kelebihan Teori Penyingkapan diri

–          Dari penyingkapan diri kita bisa mendengarkan pengalaman orang lain yang nantinya bisa menjadi pelajaran bagi diri kita, –

–          Dengan self disclosure atau penyingkapan diri kita juga bisa mengetahui seperti apa diri kita dalam pandangan orang lain, dengan hal itu kita bisa melakukan introspeksi diri dalam berhubungan.

Kekurangan dari Teori Penyingkapan Diri :

–          Tidak semua orang dapat menanggapi apa yang kita sampaikan bahkan sering terjadi salah paham sehingga malah menimbulkan masalah baru.

–          Ketika seseorang telah mengetahui diri kita, bisa saja orang lain ini memanfatkan apa yang telah dia ketahui mengenai diri kita.

(http: //egaaliffian.blogspot.com/,Sunday3.00pm,9th october 2011)

2.1  Hubungan Teori Self Disclosure Dengan Teori Lain.

Self disclosure merupakan salah satu teori komunikasi interpersonal yang membahas mengenai hubungan antar dua orang dalam berinteraksi. Banyak teori lain yang juga berlatar belakang masalah yang sama. Berikut adalah teori yang berhubungan dengan teori self disclosure:
 Teori Interaksional.
Pada teori ini menganggap bahwa struktur sosial merupakan produk dari interaksi. Interaksionalisme lebih menerangkan perkembangan diri melalui proses “penunjukan diri” dimana individu “dapat bergerak keluar” dari diri dan melibatkan dirinya dalam introspeksi dari sudut pandang dengan orang lain. Individu dapat melibatkan dirinya dalam pengambilan peran dan mendefinisikan diri maupun orang lain dari sudut pandang orang lain. Fenomena pengambilan peran inilah yang memungkinkan adanya pengembangan diri semata-mata sebagai proses sosial.
Dari pemaparan teori interaksional teori ini mempunyai hubungan dalam peran individu dalam sebuah interaksi. Pada teori self disclosure dan interaksional ini interaksi yang dilakukan oleh individu bergantung pada kemampuan individu dalam membina hubungan denga orang lain.

(http: //egaaliffian.blogspot.com/,Sunday3.00pm,9th october 2011)
 Speech Codes Theory (Etnografi Komunikasi).
Merupakan teori yang menggunakan metode pada pola komunikasi dalam sebuah kelompok. Hal ini erat kaitan dengan teori self disclosure yang dapat digunakan dalam menentukan baik tidaknya komunikasi yang terjadi dalam suatu kelompok atau organisasi.
Interaction Adatation Theory.
Teori ini merupakan teori humanistik yang mengarah pada psikologi sosial sehingga dikatagorikan teori komunikasi interpersonal dengan lebih menekankan pada sisi komunikasi nonverbal. Teori ini berasumsi bahwa komunikator dan komunikan mempunyai berbagai faktor yang mengatur prilaku komunikasinya.
Hal ini mempunyai hubungan dengan self disclosure karena kedua teori ini memandang bahwa keberhasilan komunikasi bergantung pada faktor yang ada pada komunikator dan komunikan.

(http: //egaaliffian.blogspot.com/,Sunday3.00pm,9th october 2011)

3.Aplikasi

Pada diagram diatas dapat anda lihat bentuk skema self disclosure theory, suatu pengungkapan diri, dapat diengaruhi oleh keadaan lingkunga sosial anda, baik itu bentuk masyarakat yang ada pada lingkungan anda, bahkan bisa dipengaruhi juga oleh status pernikahan anda. Misalnya, anda menampilkan diri anda ketika belum menikah dengan tampilan diri anda ketika sudah menikah, tentunya akan berbeda. Karena anda harus menampilkan diri anda, dan membentuk suatu social image pada diri anda ketika sudah menikah.

Lingkungan keluarga pun menjadi salah satu faktor berpengaruh, ketika anda menampilkan diri anda di lingkungan sosial. Apakah orang tua anda mendidik anda dengan sangat disiplin, biasa saja, atau justru penuh dengan kebebasan. Misalnya, apabila anda anak seorang dosen, maka kedua oran tua anda akan menuntut anda untuk tampil sebaik mungkin, sesopan muungkin, dan memperhatikan norma-norma dan etika yang berlaku di masyarakat. Berbeda apabila anda adalah anak seorang penyanyi Rock, maka anda akan dididik dengan penuh kebebasan, dan orang tua anda cenderung tidak begitu memperhatikan bagaimana tindakan anda di masyarakat.

Proses mengenal diri dapat dilakukan tidak hanya dengan mencoba mengamati dan mengerti diri sendiri namun dapat melalui interaksi yang dilakukan dengan orang lain. Asumsi ini membawa Joseph Luft dan Harry Ingham menciptakan suatu teori atau model sebagai salah satu cara untuk melihat dinamika self-awareness yang berkaitan dengan perilaku, perasaan, dan motif manusia. Model yang diciptakan tahun 1955 ini bernama Johari Window atau Jendela Johari.

Jendela Johari terdiri dari sebuah persegi yang terbagi menjadi empat kuadran, yaitu Open, Blind, Hidden, dan Unknown. Uraiannya dijelaskan di bawah ini:

Kuadran 1 (Open) merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi yang diketahui oleh diri kita sendiri dan orang lain. Misalnya orang lain mengetahui nama saya, tempat tinggal saya, warna kesukaan saya, makanan yang saya sukai, dan lainnya. Ketika seseorang baru berkenalan dengan orang lain, ukuran kuadran 1 yang tidak terlalu besar akan membuka seiring pertukaran informasi yang di dapat dari interaksi. Ketika proses saling mengenal terus berlanjut, batas kuadran akan bergeser ke kanan dan ke bawah untuk memperbesar kuadran 1.

Kuadran 2 (Blind) merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi yang diketahui oleh orang lain, tetapi tidak diketahui oleh diri kita sendiri. Misalnya ketika orang lain menyatakan diri saya sebagai orang yang keras kepala dan saya tidak menyadarinya. Apa yang diketahui oleh teman-teman saya dan saya yang semula tidak sadar menjadi sadar membuat kuadran 2 saya mengecil sering dengan membesarnya kuadaran 1. Proses mengecilnya kuadran 2 bisa terhambat jika orang lain tidak mau memberi tahu apa yang ia ketahui mengenai hal yang saya tidak tahu. Misalnya ketika saya sedang berbicara dengan lawan bicara saya di depan umum, saya jarang melakukan kontak mata sehingga membuat lawan bicara saya terganggu. Mungkin lawan bicara saya tidak berkata apa-apa karena takut mempermalukan saya di depan orang lain. Namun dalam keadaan seperti ini, saya menjadi kesulitan untuk mendapat informasi dan mengenali diri saya.

http://ruangpsikologi.com/membuka-cakrawala-diri-melalui-jendela-johari

http://ruangpsikologi.com/membuka-cakrawala-diri-melalui-jendela-johari

Kuadran 3 (Hidden) merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi yang diketahui oleh diri kita sendiri, tetapi tidak diketahui oleh orang lain. Biasanya hal-hal yang disimpan di kuadran ini bersifat sangat pribadi atau memalukan. Misalnya saya seorang homoseksual dan tidak bilang kepada orang lain bahwa saya adalah seorang homoseksual. Ketika saya membuka diri saya dan menyatakan bahwa saya adalah seorang homoseksual, maka kuadran 3 akan mengecil seiring dengan membesarnya kuadran 1. Proses penyingkapan diri ini disebut self-disclosure. Selain self-disclosure, terdapat proses lain yaitu menerima umpan balik (feedback) dari orang lain. Contoh penerimaan umpan balik adalah saya meminta umpan balik kepada orang lain tentang kesan dan perasaannya setelah mendengar saya adalah seorang homoseksual lalu orang tersebut itu menyatakan perasaan kecewa dan tidak suka, maka area kuadran 2 saya akan mengecil. Saya menjadi tahu bahwa saya tidak disukai orang lain karena orientasi seksual saya.

http://ruangpsikologi.com/membuka-cakrawala-diri-melalui-jendela-johari

Menurut Anita Kelly, penyingkapan diri tentang rahasia pribadi memiliki resiko. Terkadang seseorang memilih untuk tidak bercerita hal-hal yang sifatnya personal seperti perilaku seksual, masalah kesehatan mental, atau kesalahan besar yang pernah dilakukan. ‘If you give people information about yourself, you give them power over you,’ menurutnya. Kegagalan dalam menemukan orang yang memberi reaksi yang tidak diharapkan membuat seseorang semakin menutup diri. Daerah yang tidak disadari membuat bagian kepribadian yang di-repress dalam ketidaksadaran yang tidak diketahui baik oleh diri sendiri maupun orang lain. Namun demikian ketidaksadaran ini kemungkinan bisa muncul.

http://ruangpsikologi.com/membuka-cakrawala-diri-melalui-jendela-johari

Kuadran 4 (Unknown) merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi yang tidak diketahui, baik oleh diri kita sendiri ataupun oleh orang lain. Misalnya baik saya dan orang lain tidak tahu penyebab gangguan obsesif kompulsif cuci tangan yang saya alami. Disinilah peran ahli seperti psikolog untuk menyingkap kuadran 4. Misalnya kemungkinan munculnya gangguan obsesif kompulsif diakibatkan pemerkosaan yang pernah saya alami ketika kecil bisa terjadi dan ini membuat kuadran 4 saya mengecil sementara kuadran 1 saya membesar seiring dengan pengetahuan saya tentang penyebab gangguan obsesif kompulsif yang saya alami. http://ruangpsikologi.com/membuka-cakrawala-diri-melalui-jendela-johari

Contoh Kasus

Self disclosure dapat anda temui pada banyak kehidupan sehari-hari, namun yang paling pasti adalah ketika beberapa kelompok orang mempresentasikan dirinya dihadapan orang lain, dan mengungkapkan rahasia terburuk mereka, pada contoh ini bisa kita temui pada panti-panti rehabilitasi dimana seorang yang mengalami kecanduan terhadap narkoba, harus menceritakan pengalamannya, bagaimana ia bisa kecanduan, dan bagaimana tekatnya agar ia dapat sembuh.

 

 

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat berbagai macam prilaku individu ketika sedang berinteraksi dengan lingkungannya. Di dunia kampus contohnya banyak karakter indivudu yang menjalani kehidupan kampus. Masing-masing dari mereka bila diperhatikan mempunyai keunikan masing-masing. Dalam suatu kasus misalnya, ada mahasiswa lebih memilih seharian menjalani berbagai macam kegiatan kampus namun pada saat yang bersamaan ada mahasiswa lain yang cenderung menghabiskan waktu berkumpul dengan orang lain.

(http: //egaaliffian.blogspot.com/,Sunday3.00pm,9th october 2011)
Hal ini tentunya berkaitan dengan karakter seseorang yang menentukan seperti apa pergaulan dan bentuk interaksinya dengan orang lain. Perkembangan pribadi atau karakter seorang manusia ditentukan oleh interaksi yang berkesinambungan antar hereditas dan lingkungan. Ada beberapa faktor yang menentukan kepribadian seseorang, salah satu faktor terpenting adalah interaksi dengan lingkungannya atau yang sering kita sebut interaksi sosial.

(http: //egaaliffian.blogspot.com/,Sunday3.00pm,9th october 2011)
Penyingkapan diri merupakan prilaku yang disengaja, proses ini tidak hanya merupakan bagian integral dari komunikasi dua orang. Penyingkapan diri lebih sering muncul dalam konteks hubungan dua-orang daripada dalam konteksjenis komunikasi lainnya. Namun penyingkapan diri tidak Cuma berlaku dalam konteks hubungan antara dua orang, tetapi dalam membina komunikasi kelompok. Bahkan dalam konteks komunikasi kelompok pembahasan akan lebih meluas. Penyingkapan diri ini akan membuat kohesivitas dalam komunikasi semakin erat.

(http: //egaaliffian.blogspot.com/,Sunday3.00pm,9th october 2011)
Ada beberapa jenis karakter dalam diri seseorang bila dilihat dari komunikasi kelompok, beberapa diantaranya yaitu:
• Monopolist
Monopolist adalah orang yang mempunyai dorongan untuk selalu berceloteh tanpa henti. orang seperti ini gelisah jika tidak bicara. Jika orang lain mendapat giliran bicara, dia selalu menyela dengan berbagai teknik, dengan menyela secara tidak sopan, memanfaatkan saat pembicara itu sedang mengambil nafas, dengan merespon pada setiap pernyataan dalam kelompok, dengan terus-menerus menyebutkan persamaan antara masalah pembicara dan dirinya, dengan berulang-ulang mengatakan, “saya juga seperti itu”. Pendekatan yang paling efektif pada orang seperti ini adalah yang bermata dua: pertimbangkan kedua belah pihak pasien yang memonopoli dan kelompok yang termonopoli. Dari sudut pandang kelompok, ingat prinsip bahwa tidak ada pasien monopolistik yang boleh eksis dalam kevakuman, bahwa pasien selalu berada dalam ekuilibrium dinamis dengan kelompok yang membolehkan atau mendorong perilaku seperti ini.
Penyebab perilaku monopolistik bervariasi pada setiap orang. Ada individu yang berbicara demi mengontrol orang lain, banyak yang begitu takut dipengaruhi dan diserang oleh orang lain sehingga mereka mempertahankan setiap pernyataannya, yang lainnya menghargai gagasan dan pengamatannya sendiri secara berlebihan sehingga mereka tidak dapat menunda untuk mengekspresikan semua pemikirannya sesegera mungkin. Jauh lebih efektif jika karakter orang yang seperti ini didekati dengan cara berkonsentrasi pada menifestasi diri monopolist dalam kelompok daripada respon kelompok terhadap perilakunya. Secara halus tetapi berulang-ulang karakter seperti ini harus dikonfrontasi dengan paradox bahwa betapa pun besar keinginannya untuk diterima dan dihargai orang lain, perilakunya itu hanya akan menghasilkan kejengkelan, penolakan, dan frustrasi.

(http: //egaaliffian.blogspot.com/,Sunday3.00pm,9th october 2011)
• Schizoid
Karakter seperti ini emosinya tersumbat, terisolasi, menjauh. Dia merasa bahwa ada sesuatu yang hilang. Dia tidak dapat merasa, tidak dapat tertawa, tidak dapat bermain, tidak dapat menangis. Dia adalah penonton bagi dirinya sendiri. Dia tidak merasakan tubuhnya sendiri, tidak mengalami pengalamanya sendiri. Biasanya respon dari orang lain maupun anggota-anggota kelompoknya khas bergerak dari rasa ingin tahu dan keheranan ke rasa tidak percaya, kekhawatiran, jengkel, dan frustrasi.

(http: //egaaliffian.blogspot.com/,Sunday3.00pm,9th october 2011)
• Pendiam (Silent Patient)
Orang yang pendiam dapat tertolong melalui pengamatan langsung untuk mengidentifikasi orang lain, yang aktif, yang mempunyai masalah yang serupa dengan dirinya. Berbagai kasus menunjukkan bahwa perilaku orang seperti ini di luar kelompok akan berubah meskipun di dalam kelompok tidak menunjukkan perubahan.
Seseorang dapat menjadi pendiam karena berbagai alasan. Ada yang merasa sangat takut untuk membuka diri, setiap ucapannya dikhawatirkan akan mengarah pada self-disclosure lebih jauh. Ada pula yang merasa begitu takut menjadi agresif sehingga setiap perkataanya dapat menimbulkan resiko yang tak mampu ditanggungnya. Orang lain menginginkan kesempurnan sehingga takut berbuat salah jika berbicara. Ada pula yang menjaga jarak dari orang lain dan menunjukkan superioritasnya dengan berdiam diri. Orang seperti ini merasa sangat terancam dengan kehadiran orang tertentu dan hanya akan berbicara bila orang itu tidak ada. Beberapa terlalu takut menunjukkan kelemahanya dan berdiam diri agar tidak menjadi marah atau menangis. Ada pula yang berdiam diri sewaktu-waktu untuk menghukum orang lain atau untuk memaksa orang lain ataupun kelompok memperhatikannya.
Poin yang penting adalah bahwa diam itu tidak pernah berarti sekedar diam melainkan merupakan suatu perilaku, dan seperti perilaku lainnya, diam juga memiliki makna, baik dalam kerangka here-and-now maupun sebagai sampel perwujudan caranya berhubungan dengan dunia interpersonalnya.

(http: //egaaliffian.blogspot.com/,Sunday3.00pm,9th october 2011)
• Orang yang membosankan (The Boring Patient)
Orang yang memiliki karakter yang membosankan mengeluh bahwa mereka tidak pernah mempunyai sesuatu yang dapat diceritakan kepada orang lain, bahwa mereka sering ditinggalkan berdiri seorang diri dalam pesta-pesta, bahwa tidak ada lawan jenis yang mau pergi dengan mereka lebih dari satu kali, bahwa orang lain memanfaatkan mereka hanya untuk sex, bahwa mereka pemalu, kikuk dalam pergaulan, hampa, atau hambar. Dalam mikrokosme sosial kelompok, mereka juga menciptakan situasi seperti ini dan membuat bosan anggota-anggota lain.

(http: //egaaliffian.blogspot.com/,Sunday3.00pm,9th october 2011)
Kebosanan merupakan pengalaman yang sangat individual. Tidak semua orang bosan dengan situasi yang sama, dan sulit untuk membuat generalisasi. Akan tetapi, pada umumnya, orang yang membosankan dalam kelompok adalah orang yang sangat pemalu yang tidak memiliki spontanitas, tidak pernah mengambil resiko. Ucapan orang yang membosankan selalu “aman” dan selalu dapat diprediksi.
Dinamika penyebab sifat membosankan itu sangat bervariasi dari satu individu ke individu lain. Banyak yang berada pada posisi yang sangat berketergantungan sedemikian rupa sehingga sangat takut mengalami penolakan atau ditinggalkan sehingga mereka menjauhkan diri dari ucapan-ucapan agresif yang dapat menimbulkan pembalasan.

(http: //egaaliffian.blogspot.com/,Sunday3.00pm,9th october 2011)
• Penolak Pertolongan dan Pengeluh (The Help-Rejecting Complainer)
Penolak pertolongan dan pengeluh (the help-rejecting complainer) – yang selanjutnya disebut HRC – mempunyai pola perilaku yang khas dalam berinteraksi baik antara individu maupun kelompok, yang secara implisit atau eksplisit selalu meminta pertolongan dari kelompok dengan menceritakan masalah atau keluhan, dan kemudian menolak setiap pertolongan yang ditawarkan.

(http: //egaaliffian.blogspot.com/,Sunday3.00pm,9th october 2011)
HRC terus-menerus membawa masalah lingkungan atau somatik ke dalam kelompok dan sering menggambarkannya dalam banyak cara sehingga tampak seperti tidak dapat teratasi. HRC tampaknya bangga dengan masalahnya yang tak dapat terpecahkan. Sering kali HRC memfokuskan perhatiannya pada terapis dalam upayanya untuk mendapatkan medikasi atau advis. HRC tampaknya tidak peduli akan reaksi kelompok terhadapnya dan tidak berkeberatan ditertawakan selama dia diperbolehkan terus mencari pertolongan.

(http: //egaaliffian.blogspot.com/,Sunday3.00pm,9th october 2011)
Dia mendasari hubungannya dengan orang lain dengan dimensi tunggal bahwa dia lebih memerlukan pertolongan daripada mereka. HRC jarang menunjukkan sikap kompetitif kecuali jika orang lain meminta perhatian terapis atau kelompok dengan mengemukakan masalah. Pada titik ini, HRC sering berusaha mengecilkan keluhan orang lain dengan membandingkanya dengan masalahnya.
HRC tampaknya sangat self-centered: dia hanya berbicara tentang dirinya sendiri dan masalahnya. Akan tetapi, masalahnya itu tidak terformulasikan secara jelas bagi kelompok maupun bagi dirinya sendiri; masalah itu dikaburkan oleh kecenderungannya untuk membesar-besarkannya dan menyalahkan orang lain, biasanya figur otoritas yang digantunginya.

(http: //egaaliffian.blogspot.com/,Sunday3.00pm,9th october 2011)
• Narsisistik (The Narcissistic Patient)
Narsisisme (mencintai diri sendiri) yang berlebihan adalah rasa cinta pada diri sendiri dengan mengesampingkan orang lain, tidak mampu melihat fakta bahwa orang lain adalah makhluk yang berperasaan, bahwa orang lain juga memiliki ego, yang masing-masing membangun dan mengalami dunianya sendiri yang unik.
Secara singkat, narsisis adalah orang yang memandang bahwa dunia dan individu lain hanya ada untuk dirinya. Orang dengan karakter narsisistik pada umumnya lebih heboh tetapi lebih produktif dalam terapi kelompok daripada dalam terapi individual. Dalam terapi kelompok, pasien diharapkan berbagi waktu, memahami, berempati dan membantu pasien lain, membangun hubungan, memperhatikan perasaan orang lain, menerima umpan balik yang mungkin kritis.

(http: //egaaliffian.blogspot.com/,Sunday3.00pm,9th october 2011)
Sering kali orang narsisistik merasa hidup bila sedang mendapatkan giliran, mereka menilai kebermanfaatan kelompok bagi dirinya berdasarkan berapa menit waktu kelompok dan terapis yang didapatkannya dalam sebuah pertemuan. Mereka menjaga kuat kekhususanya dan sering kali berkeberatan bila ada orang yang menunjukkan persamaan antara diri mereka dengan anggota lain. Untuk alasan yang sama, mereka juga berkeberatan bila diikutsertakan dengan anggota lain dalam interpretasi kelompok massa. (http: //egaaliffian.blogspot.com/,Sunday3.00pm,9th october 2011)
Beberapa pasien narsisistik yang mempunyai perasaan kekhususan yang mendalam merasa bahwa mereka tidak hanya patut mendapatkan perhatian kelompok, tetapi juga bahwa perhatian tersebut seharusnya mereka dapatkan tanpa usaha.
Gangguan Kepribadian Narsisistik (Narcissistic Personality Disorder) “Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders” dari The American Psychiatric Association (DSM-III) tahun 1980 memberikan kriteria deskriptif tentang orang yang mengalami narcistic personality disorder sebagai berikut: memiliki perasaan self-importance yang berlebihan, suka berfantasi mencapai keberhasilan tak terbatas, menuntut perhatian dan kekaguman yang terus-menerus, sangat peka terhadap kritikan, acuh tak acuh, atau menjadi marah jika mengalami kekalahan, inferioritas, merasa malu atau hampa, dan mengalami sekurang-kurangnya dua dari gangguan-gangguan interpersonal berikut ini: merasa memiliki hak istimewa, eksploitatif interpersonal, berganti-ganti antara overidealisasi dan devaluasi, dan tidak memiliki empati. (http: //egaaliffian.blogspot.com/,Sunday3.00pm,9th october 2011)
Otto Kernberg menambahkan bahwa individu ini mempunyai kehidupan emosional yang dangkal, memperoleh sedikit saja kesenangan hidup; ingin selalu diberi tetapi tidak menghargai pemberian yang diterimanya.
• Pasien Ambang Batas (The Borderline Patient)
DSM-III mengemukakan bahwa lima dari delapan kriteria berikut ini harus ada pada individu yang didiagnosis sebagai mengalami borderline personality disorder:
1. Dorongan untuk merusak diri atau tidak dapat diprediksi. (misalnya penyalahgunaan narkoba, mengutil, makan berlebihan, melukai diri sendiri);
2. Hubungan interpersonal yang tidak stabil dan ekstrim (misalnya idealisasi, devaluasi, manipulasi, sikap yang sangat berubah-ubah);
3. Marah yang tidak sepatutnya atau tidak dapat mengontrol marah;
4. Gangguan identitas yang dimanifestasikan dengan ketidakpastian mengenai hal-hal seperti citra diri, identitas gender nilai, pilihan karir, loyalitas;
5. Instabilitas suasana hati (berubah-ubah secara radikal dari suasana hati normal ke depresi, kekesalan atau kecemasan yang biasanya berlangsung selama beberapa jam dan
hanya beberapa hari);
6.Tidak mau dibiarkan seorang diri;
7. Melakukan tindakan-tindakan merusak fisik diri sendiri (isyarat bunuh diri, kecelakaan
yang berulang-ulang, atau berkelahi);
8. Perasaan hampa atau bosan yang kronis.
Menyadari bahwa karakter manusia yang begitu beragam, kita bisa lebih mudah melakukan penyingkapkan diri. Namun faktor karakter manusia saja tidaklah cukup, contohnya saja, dalam interaksi sosial yang dilakukkan setiap individu seseorang tentunya akan mempunyai hubungan yang lebih dekat dengan orang-orang tertentu dibandingkan dengan orang lainnya. Melihat hubungan antara dua orang manusia, merupakan suatu hal yang menarik. Dari hubungan ini terlihat bagaimana seseorang membuka sisi kehidupannya kepada orang lain. Dalam membina hubungan ini tentunya seseorang akan mulai membuka dirinya ketika dia telah merasa percaya dengan orang tersebut. Beberapa ahli psikologi percaya bahwa perasaan percaya terhadap orang lain yang mendasar pada seseorang ditentukan oleh pengalaman selama tahun-tahun pertama hidupnya. (Bowlby, 1973; Erikson, 1963,1976).

(http: //egaaliffian.blogspot.com/,Sunday3.00pm,9th october 2011)

Pengungkapan Konferensi Pers Perselingkuhan Pegolf No.1 Dunia Tiger Woods.

Salah satu contoh studi kasus yang cukup controversial yang pernah terjadi yaitu adalah pengungkapan kasus perselingkuhan yang dilakukan oleh pegolfno.1dunia yaitu Tiger Woods. Konferensi pers tersebut dilakukan pada tanggal 22 Februari 2010,setelah sebelumnya hamper seluruh media massa memberitakan mengenai kabar perselingkuhan Tiger Woods dengan salah satu model pakaian wanita. Pada akhirnya,Tiger Woods membuat suatu keputusan tepat dengan melakukan konferensi pers dan mengakui mengenai kebenaran kabar berita tersebut dan juga melalui konferensi pers tersebut dia meminta maaf kepada publik atas perilakunya. Keputusan konferensi pers tersebut merupakan suatu bentuk self disclosure yang diangggap sangat tepat. Karena dibandingkan apabila Tiger Woods bersikap diam dan membiarkan pemberitaan atas dirinya di media massa.Maka pengakuan serta permohonan maaf yang ia lakukan menuai banyak pujian dari public dan fans atau penggemarnyadan sikapnya tersebut dianggap sebagai suatu hal yang manusiawi. Maka apabila dilihat dari contoh diatas dapat disimpulkan bahwa melalui konferensi pers tersebut Tiger Woods telah melakukan Self disclosure. Dan hal tersebut dianggap tepat dan dianggap sebagai suatu tindakan yang dapat menyelamatkan karirnya.

KESIMPULAN

Self Disclosure Theory adalah suatu pengembangan teori yang mengembangkan proseskomunikasi yang cukup fleksibel dapat melalui interpersonal maupun kelompok atau bahkan massa seperti contoh studi kasus self disclosure yang dilakukan oleh Tiger Woods. Dan suatu konsep self disclosure memberikan suatu nilai potensi tersendiri bagi komunikator tersebut.

 

 DAFTAR PUSTAKA

–          B.Aubrey Fisher(1986),Peyunting:Drs.Jalaludin Rahmat,M.SC.Teori-teori Komunikasi.Bandung:Remadja Karya CV.

–          Http://www.sidneyjourard.com;sunday,1.30PM9th October 2011)

–          Http: //informatics.iupui.edu/people/sandra-petronio/,Sunday,9th October 2011,2.00PM)

–          (http: //egaaliffian.blogspot.com/,Sunday3.00pm,9th october 2011)

 

 

By M. Farizan Zakiri 

Tinggalkan komentar